Jumat, 17 Mei 2013

Sastra Indonesia Kontemporer

* Pengertian Sastra

         Dalam teori kesastraan, Rene Wellek dan Austin Warren, Gramedia, Jakarta, 1989, 3, menuliskan bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah cabang seni. Dalam pengantar ilmu sastra, Gramedi, Jakarta, 1984:1, Janvan Luxemburg, Mieke Bal, William G.Weststeijn (terjemahan Dic Hartoko), menuliskan tentang ciri-ciri satra:

1. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi.
2. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu pada suatu yang lain. Sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari keselarasan di dalam karyanya sendiri.
3. Karya sastra yang otonom itu bercirikan koherensi.
4. Sastra menghidangkan sebuah antitesis antara hal-hal yang bertentangan.
5. Sastra mengungkapkan yang tak terungkapkan. Oleh puisi dan bentuk-bentuk sastra lainnya ditumbulkan aneka macam asosiasi dan konotasi.

* Pengertian Sastra Kontemporer

         Sastra kontemporer adalah sastra masa kini, sastra sezaman, sastra dewasa ini. Dalam KBBI sastra kontemporer adalah sastra yag hidup pada masa kini atau sastra yang hidup dalam waktu yang sama; sastra yang berusaha bergerak mendahului keadaan zamannya (1988:787).

* Tokoh-tokoh Sastra Kontemporer

1. Chairil Anwar ('45)
2. Toto Sudarto Bachtiar ('50)
3. Sitor Situmorang ('50 dan '60).
4. Taufik Ismail ('66).
5. Gunawan Mohammad (pasca '66).
6. Soebagio Sastrowardjojo dan Sutardji Calzoum Bachri (70).
7. Budi Darma, 1996:10).

         Sastra indonesia kontemporer di mulai dari novel Iwan Simatupang yang dilanjutkan oleh Putu Wijaya, Budi Darma, Umar Kayam dan novelis-novelis muda seperti Ayu Utami dengan noveil Saman-nya.
Demikian juga dalam cerita-cerita pendek indonesia yang dimotori oleh Iwan Simatupang, Danarto, Budi Darma sampai kepada cerpenis-cerpenis selanjutnya seperti Seno Gumirta Adjidarma dan Joni Ariadinata. Begitu juga dengan puisi Indonesia kontemporer mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sutardji memulai gebrakan yang di ikuti oleh penyair lainnya seperti Ibrahim Sattah, Danarto, Hamid Jabbar, Abrar Yusra.

Rujukan :
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Minggu, 31 Maret 2013

Makna Leksikal, Gramatikal, Kontekstual dan Gaya Bahasa

 Jenis makna yang harus kita ketahui ialah makna Leksikal, makna Gramatikal, makna Konseptual, dan Gaya Bahasa.

1. Makna Leksikal

         Leksikal adalah bentuk ajektif yang dirurunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosa kata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Umpamanya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus digudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepala seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus (Chaer, 2009:60).

Leksikal :
1. bersangkutan dengan leksem
2. bersangkutan dengan kata
3.bersangkutan dengan leksikon, dan bukan dengan gramatika, (Kridalaksana,2009:141).

          Makna Leksikal juga disebut makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Dengan kata lain, makna leksikal adalah makna yang sebenarnya , makna yang sesuai dengan hasil observasi indera manusia, atau makna apa adanya (makna yang ada dalam kamus), (Faizah, 2008:70).

         Menurut Harimurti (Pateda,2010:119) makna leksikal (lexicalmeaning) atau makna semantik (semantic meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu.
(Depdiknas,2008:864) makna leksikal adalah makna unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan sebagainya.

           Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Contoh leksem kuda memiliki makna leksikal 'sejenis binatang berkaki empat yang biasa di kendarai,(Chaer,2007:289).

2. Makna Gramatikal

          Gramatikal adalah diterima oleh bahasawan sebagai bentuk atau susunan yang mungkin ada dalam bahasa; sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika suatu bahasa; bersangkutan dengan gramatika suatu bahasa (Kridalaksana,2010:75). Makna Gramatikal (gramatical meaning) atau makna fungsional (fungsional meaning) atau makna struktural (structural meaning) atau makna internal (internal meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya tataran kalimat (Pateda,2010:103).
Makna gramatikal akan ada jika terjadi proses gramatikal (afiksasi, reduplikasi, komposisi, kalimatisasi). Misalnya, dalam proses afiksasi sepatu melahirkan makna gramatiakal " mengenakan atau memakai sepatu ", (Faizah,2008:70).

        Makna sebuah kata, baik kata dasar maupun kata jadian, sering sangat tergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi maka makna gramtikal ini sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Makna gramatikal itu bermacam-macam. Setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna, atau nuansa-nuansa makna gramatikal itu.Untuk menyatakan makna 'jamak' bahasa indonesia menggunakan proses reduplikasi seperti kata buku yang bermakna 'sebuah buku', (Chaer,2009:62).
Makna gramatikal adalah makna yang di dasarkan atas hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misal hubungan antara kata dan kata laindalam frasa atau klausa (Depdiknas,2008:864).

3.Makna Kontekstual

             Makna Kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antara ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu (Deodiknas,2008:864). Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam suatu konteks. Misalnya makna kata pergi dalam "adik pergi ke sekolah". Makna konteks juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa (Faizah,2008:70).
Makna kontekstual juga disebut sebagai makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks, misalnya makna kata jatuh yang  dibicarakan sebagai contoh pada kalimat adik jatuh dari sepeda, dan kalimat dia jatuh dalam ujian yang lalu (Chaer,2007:288-290).

         Teks-teks pendamping teks yang ada jelas teks sebelumnya kita namakan konteks. Teks pertama tentu tidak mempunyai konteks karena seperti kita katakan, konteks itu adalah teks sebelumnya (Lubis:1994:94). Menurut (Pateda,2010:116) makna kontekstual (contextual meaning) atau makna situasional (situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks.

Konteks yang dimaksud yakni:

 1. Konteks Orangan
            Konteks orangan memaksa pembicara untuk mencari kata-kata yang maknanya dipahami oleh kawan bicara sesuai dengan jenis kelamin, usia, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang pendidikan.

2.Konteks Situasi
            Konteks situasi memaksa pembicara mencari kata yang maknanya berkaitan dengan situasi.

3. Konteks Tujuan
           Konteks tujuan, misalnya tujuannya untuk meminta, maka orang akan mencari kata-kata yang maknanya meminta.

4. Konteks Formal
             Konteks formal/tidaknya pembicaraan memaksa orang harus mencari kata yang bermakna sesuai dengan keformalan/tidaknya pembicaraan.

5. Konteks Suasana
            Konteks suasana hati pembicara/pendengar turut mempengaruhi kata yang berakibat pula pada makna.

6. Konteks Waktu
7. Konteks Tempat
8. Kontek Objek yang mengacu kepada fokus pembicaraan akan turut mempengaruhi makna kata yang digunakan.
9. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar akan turut mempengaruhi makna kata yang digunakan.
10. Konteks Kebahasaan, maksudnya hal-hal yang berhubungan dengan kaidah  bahasa yang bersangkutan akan turut mempengaruhi makna.

4. Gaya Bahasa

           Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu (Kridalaksana,2010:70).

Menurut Tarigan (2008:172-177) menyebutkan gaya bahasa diantaranya yaitu:

1. Ironi

           Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya (Stanton,2007:71). Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengemukakan suatu hal dengan makna yang berlainan, merupakan suatu kualitas dalam setiap pernyataan atau situasi yang muncul dari kenyataan bahwa sesuatu yang wajar, yang diharapkan tidak disebut atau dilaksanakan, tetapi diganti dengan kebalikannya. Ironi diperoleh dengan jalan ketidakpantasan, keanehan: sepasang yang berlawanan, salah satu diantaranya mungkin menyembunyikan atau pun mengungkapkan kebenaran yang nyata. Misalnya, kepada teman yang malas: "Rajin benar ya?" dan kepada yang bodoh: "Aduh, pintarnya!".

2. Paradoks

 Paradoks adalah suatu gaya bahasa pertentangan.
 Contoh gula terasa pahit bagi saya.

3. Simbolisme
          Penggunaan simbol atau lambang tidak hanya terbatas pada sastra. Simbol memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya merah dihubungkan dengan amarah, panas.

4. Metafora
              Pada prinsipnya metafora merupakan sejenis analogi, suatu komparasi terhadap dua hal yang dalam beberapa segi mengandung persamaan.
Contoh: Rambutnya bak mayang terurai.

 Dalam gaya bahasa Metafora juga disebut:

1. Personifikasi merupakan sarana bahasa yang memperlakukan objek-objek yang mati ataupun yang bukan manusia sebagai yang hidup atau yang bersifat manusia. Contoh: Angin sepoi mengelus pipinya yang lembut.

2. Sinekdohe merupakan sejenis metafora : sebagian menyatakan keseluruhan, atau keseluruhan menyatakan sebagian. Contoh: Kerlingan matanya membuat daku terpaku.

3. Metonimia, sejenis metafora suatu sifat khusus dipergunakan sebagai pengganti sesuatu obyek atau sesuatu profesi. Contoh Dia hidup dari bedil. (Bedil dipergunakan sebagai pengganti profesi militer).

Pradopo (2010:62-78) jenis-jenis bahasa kiasan:

1. Perbandingan
           Perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun dan lain-lain. Contoh: Dia bagaikan pinang dibelah dua.

2. Metafora
            Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd,1970:15). Contoh Bumi ini perempuan jalang

3. Perumpamaan Epos
           Perumpamaan atau perbandingan epos (epic simile) ialah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yag berturut-turut.
Contoh:dalam puisi yang berjudul Di Tengah Sunyi karya Rustam Effendi:
Di tengah sunyi menderu rinduku,
Seperti topan, meranggutkan dahan,
mencabutkan akar, meranggutkan kembang kalbuku.

4. Allegori
           Allegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain.

5.Personifikasi
           Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berfikir dan sebagainya seperti manusia.
Contoh dalam puisi yang berjudul Anak Molek V karya Rustam Effendi:
Malas dan malu nyala pelita.

6. Metonimia
          Metonimi dalam bahasa indonesia sering disebut kiasan pengganti nama.

7. Sinekdoki
         Sinekdoki adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) itu sendiri (Altenberend,1970:22).

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Faizah, Hasnah. 2008. Linguistik Umum. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Lubis, A., Hamid Hasan.1991. Analisis WacanaPragmatik. Bandung: Angkasa.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Hendry Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Kamis, 07 Maret 2013

Jenis-jenis makna



  Jenis Makna

1. Makna Gereflekter

Makna gereflekter (Belanda gereflecteerde betekenis) muncul dalam hal makna konseptual yang jamak, makna yang muncul akibat reaksi kita terhadap makna yang lain (lihat Leech; I.1974:33-35). Makna gereflekter tidak saja muncul karena sugesti emosional, tetapi juga yang berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu(kata-kata yang terlaramg disebut).

Contoh makna gereflekter adalah orang yang biasa mencari hasil hutan tidak berani mengatakan harimau, dan orang yang biasa mencari hasil laut tidak berani menyebut nama-nama hewan di darat. Kata harimau bagi orang yang mencari nafkah di hutan, dan kata ayam, kambing, sapi bagi orang yang bersumber penghidupannya di laut, termasuk kata-kata yang tabu, kata-kata terlarang disebut. Kalau orang yang mencari hasil hutan menyebut harimau, maka harimau akan betul-betul berjumpa mereka (di Jawa), dan orang yang mencari hasil laut yang menyebut kata-kata ayam, kambing, sapi akan berputar-putar saja di laut yang berati tidak akan membuahkan hasil (Pateda;2002:103).

Contoh makna gereflekter oleh orang Melayu Bagan Siapiapi
Jika kita mendengar bunyi elang, maka kita tidak bisa mengikuti bunyi elang tersebut (biasanya yang sering melakukan ini ialah anak-anak, apabila mendengar bunyi elang ini langsung mengikutinya), menurut orang tua makna ini ialah apabila kita mengikutinya maka telinga kita akan berkudis.

2Makna  Ideasional

Makna idesional (ideational meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan leksem yang mempunyai konsep. Contoh dalam BI terdapat kata demokrasi. Konsep makna kata demokrasi adalah persamaan hak dan kewajiban seluruh rakyat, makna ideasionalnya, yakni ide yang terkandung di dalam kata demokrasi itu sendiri. Idenya, yakni rakyat turut memerintah melalui wakil-wakilnya; rakyat berhak memilihwakil-wakil yang akan memimpin mereka; rakyat berhak mengawasi jalannya pemerintahan, tetapi rakyat berkewajiban pula untuk bersama-sama menanggung biaya pembangunan yang mereka harapkan (Pateda; 2002:105).

3. Makna Intensi
Makna intesional(intentional meaning) adalah makna yang menekankan maksud pembicara (Kridalaksana; 1982:103). Misalnya orang berkata /pencuri itu lari/. Makna yang terkandung di dalam kelompok leksem ini adalah seseorang yang disebut pencuri, dan pencuri itu lari. Jadi, yang dimaksud bukan bersembunyi atau ditembak, tetapi lari. Yang lari adalah pencuri, bukan sapi. Selain itu yang termasuk contoh makna intense adalah:
o   Saya minta roti
o   Saya mau menyimpan roti
Kalimat di atas memperlihatkan maksud yang ada pada pembicara. Dengan adanya kata yang lain yang mendampingi kata roti, bukan saja makna kata roti itu terpengaruh, tetapi yang penting, yakni maksud pembicara yang berhubungan dengan roti. Kalimat (1) Saya minta roti, pembicara bermaksud mendapatkan roti, maksud pembicara pda kalimat ini berbeda dengan maksud pembicara pada kalimat (2), (Pateda; 2002:105-106).

Contoh makna intensi oleh orang Melayu Bagan Siapiapi 
kami nak upah-upah, kalimat ini memperlihatkan maksud yang ada pada pembicaraan. dengan adanya kata lain yang mendampingi kata upah-upah, bukan saja makna itu terpengaruh, tetapi maksud pembicaraan yang berhubungan dengan kata upah-upah.
4 . Makna Gramatikal

Makna gramatikal (grametical meaning, fuctional meaning, structural meaning, internal meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah leksem di dalam kalimat. Misalnya di dalam BI terdapat leksem /mata/ yang mengandung makna leksikal berupa alat atau indera yang terdapat pada tubuh yang berfungsi  untuk melihat. Namun, setelah leksem /mata/ tersebut kita tempatkan di dalam satuan kalimat, misalnya /hei mana matamu/ maka di sini leksem /mata/ tidak menunjuk pada indera mata (melihat) tetapi menunjuk pada cara bekerja, cara mengerjakan yang hasilnya kotor, tidak baik (Pateda; 2002:104)

Contoh makna gramatikal oleh orang Melayu Bagan Siapiapi
Dalam  BI leksem /telinga/ berarti organ tubuh manusia yang berfungsi untuk mendengar. Namun, setelah leksem /telinga/ kita tempatkan dalam suatu kalimat, misalnya /kemanolah telingo kau ko/ maka leksem /telinga/ tidak menunjuk pada indera mendengar tetapi menunjuk pada cara mendengar.

  5. Makna Kiasan

Makna kiasan (transfered meaning, figurative meaning) adalah pemakaian leksem dengan makna yang tidak sebenarnya (Kridalaksana; 1982:103). Makna kiasan terdapat pula pada pribahasa atau perumpamaan. Misalnya, / sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui/ yang bermakna sekali bekerja, dua tiga hal yang dapat di selesaikan. Selain itu contoh lain dari makna kiasan adalah kalau ada orang Gorontalo yang hendak meminang seorang gadis, digunakanlah leksem-leksem seperti, burung, emas, bunga, intan, perak, untuk mengganti leksem /gadis/. Dalam hubungan ini leksem-leksem  /bunga, burung, emas, intan, perak/ tidak digunakan dalam arti sebenarnya tetapi dalam makna kiasan. Leksem /emas, intan/ dihubungkan dengan makna gadis tunangan bangsawan atau pejabat, sedangkan leksem  /bunga, burung/ dihubungkan dengan makna gadis dari anak rakyat biasa (Pateda;2002:108).

Contoh lain dari makna kiasan yaitu pada kata bintang, pada kata bintang yang bermakna benda langit yang biasa di lihat pada malam hari. Tetapi pada kata bintang film memiliki makna orang yang membintangi film atau sinetron.
Contoh makna kiasan oleh orang Melayu Bagan Siapiapi 
Orang dalam edah(melahirkan) harus berjalan seperti pengantin, maksudnya ialah orang yang masih dalam masa edah(melahirkan) ketika berjalan hendaknya pelan-pelan, seperti seorang pengantin berjalan.

Jumat, 01 Maret 2013

SEMANTIK

KAJIAN MAKNA

Dr.T. Fatimah Djajasudarma. 1999.semantik 2. Bandung:PT. Refika Aditama.
Dalam bukunya akan membahas tentang ilmu pemahaman makna dan beserta kajian makna. Yang akan dibahas berikut ini:

1. Pendekatan Makna

    Wittgenstein adalah tokoh pendekatan makna secara operasional (pendekatan yang dapat menentukan tepatnya makna sebuah kata, di dalam kalimat) dalam bahasa.Seperti pada :
a. bapak itu lekas kembali
b. bapak itu cepat kembali
pada (a) lekas maknanya sama (sinonim) dengan cepat melalui subsitusi (penyulihan)

 Makna dapat pula ditinjau dari pendekatan analitik atau referensial, yakni pendekatan mencari esensi makna dengan cara menguraikannya atau unsur-unsur utama, pendekatan tersebut berbeda dengan pendekatan operasional, yang mempelajari kata dengan penggunaannya, menekankan bagaimana kata secara operasional (bandingkan dengan makna gramatikal). Dalam pendekatan analitik makna kata dapat dirinci, seperti pada kata gadis, secara analitik dapat dirinci sebagai berikut:

Gadis-- + bernyawa
             + manusia
             +dewasa
             + perempuan
             + berambut panjang

2. Aspek Makna

     Aspek makna menurut Palmer (1976) dapat di pertimbangkan dari fungsi, dan dapat di bedakan atas :

a. Sense ( pengertian)
    Aspek makna pengertian ini dapat dicapai apabila antara pembicara/ penulis dan kawan bicara bicara sama. Pengertian di sebut juga tema, yang melibatkan ide atau pesan yang dimaksud. Dalam berbicara dalam kehidupan sehari-hari kita mendengar seseorang bicara menggunakan kata-kata yang mengandung ide atau pesan yang dimaksud.

b. Feeling (perasaan )
    Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan, misal sedih, marah dan lain-lain.

c. Tone (nada)
    Aspek tone ini melibatkan pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan kawan bicara dan pembicara sendiri.

d. Intention ( tujuan )
    Aspek makna tujuan ini melibatkan klasifikasi pernyataan yang bersifat:
       a. Deklaratif (bersifat pernyataan ringkas dan jelas)
       b. Persuasif (bersifat membujuk secara halus)
       c. Naratif (bersifat menguraikan atau menjelaskan)
       d. Politis ( bersifat politik)
       e. Pedagogis (pendidikan)

3. Jenis Makna

 Kita ketahui bahwa kata memiliki makna kognitif (denotatif :deskriptif), makna konotatif dan emotif. Kata konotatif didalam bahasa indonesia cenderung bermakna negatif, sedangkan makna emotif bermakna positif. contoh: saya membeli amplop di warung itu (bermakna kognitif) dan beri saja dia amplop, persoalannya akan beres bermakna konotatif atau emotif).

a. Makna sempit

Kata-kata luas bermakna luas di dalam Bahasa Indonesia disebut juga makna umum (generic) digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum. Gagasan atau ide yang umum bila dibubuhi rincian gagasan atau ide, maka maknanya akan menyempit. Misal pakaian dengan pakaian wanita.

b. Makna Luas

Makna luas adalah makna yang erkandung pada sebuah kata lebih luas dari diperkirakan

c. Makna Kognitif

Kognitif di sebut juga makna deskriptif atau denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep denga dunia kenyataan.

d. Makna Konotatif dan Emotif

Makna konotatif yang dibedakan dari makna emotif karena yag disebut pertama bersifat negatif kemudian bersifat positif..

e. Makna Referensial

Makna referensial adalah yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan), maka referensial disebut juga makna kognitif karena memiliki acuan.

f. Makna Konstruktif

    Makna konstruktif adalah makna yang terdapat didalam konstruksi. Misal makna milik dapat di ungkapkan melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaan. misal itu buku saya.

g. Makna leksikal
 Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda.

h. Makna Idesional

 Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep. Kata yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung di dalam satu kata-kata baik bentuk dasar maupun turunan.

i. Makna Proposisi

Makna preposisi adalah makna yang muncul bila membatasi pengertian tentang sesuatu.

j. Makna Pusat (inti ujaran)

 Makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi inti ujaran. Setiap ujaran (klausa, kalimat, wacana) memiliki makna yang menjadi pusat (inti) pembicaraan.

k. Makna Piktorial

Makna piktorial adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca. Misalnya pada situasi kita bicara tentang sesuatu yang menjijikkan dan menimbulkan perasaan jijik bagi si pendengar, sehingga ia menghentikan kegiatan (aktifitas makan).

l. Makna Idiomatik

Makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk dari beberapa kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Misal, ia bekerja membanting tulang bertahun-tahun.

4. Tipe Makna

     Tipe makna adalah kajian makna berdasarkan tipenya. Tipe adalah pengelompokan sesuatu berdasarkan kesamaan objek kesamaan ciri atau sifat yang di miliki benda, hal, peristiwa atau aktivitas lainnya. Menurut Leech (1974) tipe makna terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Makna Konseptual
b. Makna Asosiatif
c. Makna tematis.

Kamis, 28 Februari 2013

Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadi proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.

Hakekat pengelolaan kelas :
-Pendekatan otoriter (outoritaryapproach)
-Pendekatan permisif (permissive approach)
-Pendekatan modifikasi tingkah laku

Pendekatan otoriter adalah kegiatan pendidik untuk mengontrol tingkah laku peserta didik,pendidik berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui  penerapan disiplin ketat.
Dampak positif dari pendekatan otoriter ialah pendidik atau guru mudah mencapai target pelajaran.
Dampak negatif dari pendekatan otoriter ialah peserta didik tidak bebas dalam proses belajar.

Pendekatan Permisif adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan.Pada pendekatan ini siswa bisa kreatif dan akan mudah terbawa arus dalam pros belajar tersebut.

Pendekatan modifikasi tingkah laku adalah pendekatan yang didasarkan pada pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku yaitu upaya pendidik untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari peserta didik dan berusaha semaksimal mungkin mencegah  munculnya atau memperbaiki prilaku negatif yang dilakukan oleh pesetra didik.

Pengelolaan dan Pembelajaran berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama untuk tujuan encapain pembelajaran.

Selasa, 27 Desember 2011

Masalah-Masalah Dalam Belajar

Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain,ingin atau perlu di hilangkan.Sedangkan belajar adalah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Masalah-masalah internal belajar
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang di lakukan,proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.

Faktor-faktor internal dalam belajar ialah :
-sikap terhadap belajar
sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu  yang membawa diri sesuai dengan penilaian.Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut.

-Motivasi belajar
motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

-Konsentrasi belajar
konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian dalam pelajaran.

-Mengolah bahan belajar
mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.

-Menyimpan perolehan hasil belaajar
-Menggali hasil belajar yang tersimpan
-Kemampuan berprestasi
-Rasa percaya diri siswa
-Intelegensi dan keberhasilan siswa
-Kebiasaan belajar
-Cita-cita siswa


Faktor-faktor eksternal belajar (dari luar individu)
-Guru sebagai pembina dalam belajar
-Prasarana dan sarana dalam belajar
-Kebijakan penilaian
-Lingkungan siswa di sekolah
-Kurikulum sekolah

Jumat, 23 Desember 2011

Komponen-komponen pengelolaan kelas

ada tiga komponen dalam pengelolaan kelas :
-Preventif
-refresif
-Modifikasi tingkah laku
Refresif adalah kemampuan pendidik untuk mengatasi mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.

Preventif adalah upaya sedini mungkin yang di lakukan oleh pendidik untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran.

Modifikasi tingkah laku adalah tingkah laku yang dapat diamati.

Peran pendidik ialah untuk mendorong peserta didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.

Hal-hal yang harus di hindari :
-campur tangan yang berlebihan
-kesenyapan
-ketidaktepatan
-penyimpangan
-bertele-tele

Penggunaan di dalam kelas :
Siswa :Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar akan mengendalikan dirinya.
Guru : Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.

Prinsip penggunaan
-kehangatan dan keantusiasan
-tantangan
-bervariasi
-keluwesan
-penekanan pada hal-hal positif
-penanaman disiplin diri

Keterampilan  yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
-menunjukkan sikap tangkap
-membagi perhatian
-memusatkan perhatian
-memberikan petunjuk yang jelas
-menegur
-memberi penguatan