Jenis makna yang harus kita ketahui ialah makna Leksikal, makna Gramatikal, makna Konseptual, dan Gaya Bahasa.
1. Makna Leksikal
Leksikal adalah bentuk ajektif yang dirurunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosa kata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Umpamanya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus digudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepala seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus (Chaer, 2009:60).
Leksikal :
1. bersangkutan dengan leksem
2. bersangkutan dengan kata
3.bersangkutan dengan leksikon, dan bukan dengan gramatika, (Kridalaksana,2009:141).
Makna Leksikal juga disebut makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Dengan kata lain, makna leksikal adalah makna yang sebenarnya , makna yang sesuai dengan hasil observasi indera manusia, atau makna apa adanya (makna yang ada dalam kamus), (Faizah, 2008:70).
Menurut Harimurti (Pateda,2010:119) makna leksikal (lexicalmeaning) atau makna semantik (semantic meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu.
(Depdiknas,2008:864) makna leksikal adalah makna unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan sebagainya.
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Contoh leksem kuda memiliki makna leksikal 'sejenis binatang berkaki empat yang biasa di kendarai,(Chaer,2007:289).
2. Makna Gramatikal
Gramatikal adalah diterima oleh bahasawan sebagai bentuk atau susunan yang mungkin ada dalam bahasa; sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika suatu bahasa; bersangkutan dengan gramatika suatu bahasa (Kridalaksana,2010:75). Makna Gramatikal (gramatical meaning) atau makna fungsional (fungsional meaning) atau makna struktural (structural meaning) atau makna internal (internal meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya tataran kalimat (Pateda,2010:103).
Makna gramatikal akan ada jika terjadi proses gramatikal (afiksasi, reduplikasi, komposisi, kalimatisasi). Misalnya, dalam proses afiksasi sepatu melahirkan makna gramatiakal " mengenakan atau memakai sepatu ", (Faizah,2008:70).
Makna sebuah kata, baik kata dasar maupun kata jadian, sering sangat tergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi maka makna gramtikal ini sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Makna gramatikal itu bermacam-macam. Setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna, atau nuansa-nuansa makna gramatikal itu.Untuk menyatakan makna 'jamak' bahasa indonesia menggunakan proses reduplikasi seperti kata buku yang bermakna 'sebuah buku', (Chaer,2009:62).
Makna gramatikal adalah makna yang di dasarkan atas hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misal hubungan antara kata dan kata laindalam frasa atau klausa (Depdiknas,2008:864).
3.Makna Kontekstual
Makna Kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antara ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu (Deodiknas,2008:864). Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam suatu konteks. Misalnya makna kata pergi dalam "adik pergi ke sekolah". Makna konteks juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa (Faizah,2008:70).
Makna kontekstual juga disebut sebagai makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks, misalnya makna kata jatuh yang dibicarakan sebagai contoh pada kalimat adik jatuh dari sepeda, dan kalimat dia jatuh dalam ujian yang lalu (Chaer,2007:288-290).
Teks-teks pendamping teks yang ada jelas teks sebelumnya kita namakan konteks. Teks pertama tentu tidak mempunyai konteks karena seperti kita katakan, konteks itu adalah teks sebelumnya (Lubis:1994:94). Menurut (Pateda,2010:116) makna kontekstual (contextual meaning) atau makna situasional (situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks.
Konteks yang dimaksud yakni:
1. Konteks Orangan
Konteks orangan memaksa pembicara untuk mencari kata-kata yang maknanya dipahami oleh kawan bicara sesuai dengan jenis kelamin, usia, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang pendidikan.
2.Konteks Situasi
Konteks situasi memaksa pembicara mencari kata yang maknanya berkaitan dengan situasi.
3. Konteks Tujuan
Konteks tujuan, misalnya tujuannya untuk meminta, maka orang akan mencari kata-kata yang maknanya meminta.
4. Konteks Formal
Konteks formal/tidaknya pembicaraan memaksa orang harus mencari kata yang bermakna sesuai dengan keformalan/tidaknya pembicaraan.
5. Konteks Suasana
Konteks suasana hati pembicara/pendengar turut mempengaruhi kata yang berakibat pula pada makna.
6. Konteks Waktu
7. Konteks Tempat
8. Kontek Objek yang mengacu kepada fokus pembicaraan akan turut mempengaruhi makna kata yang digunakan.
9. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar akan turut mempengaruhi makna kata yang digunakan.
10. Konteks Kebahasaan, maksudnya hal-hal yang berhubungan dengan kaidah bahasa yang bersangkutan akan turut mempengaruhi makna.
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu (Kridalaksana,2010:70).
Menurut Tarigan (2008:172-177) menyebutkan gaya bahasa diantaranya yaitu:
1. Ironi
Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya (Stanton,2007:71). Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengemukakan suatu hal dengan makna yang berlainan, merupakan suatu kualitas dalam setiap pernyataan atau situasi yang muncul dari kenyataan bahwa sesuatu yang wajar, yang diharapkan tidak disebut atau dilaksanakan, tetapi diganti dengan kebalikannya. Ironi diperoleh dengan jalan ketidakpantasan, keanehan: sepasang yang berlawanan, salah satu diantaranya mungkin menyembunyikan atau pun mengungkapkan kebenaran yang nyata. Misalnya, kepada teman yang malas: "Rajin benar ya?" dan kepada yang bodoh: "Aduh, pintarnya!".
2. Paradoks
Paradoks adalah suatu gaya bahasa pertentangan.
Contoh gula terasa pahit bagi saya.
3. Simbolisme
Penggunaan simbol atau lambang tidak hanya terbatas pada sastra. Simbol memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya merah dihubungkan dengan amarah, panas.
4. Metafora
Pada prinsipnya metafora merupakan sejenis analogi, suatu komparasi terhadap dua hal yang dalam beberapa segi mengandung persamaan.
Contoh: Rambutnya bak mayang terurai.
Dalam gaya bahasa Metafora juga disebut:
1. Personifikasi merupakan sarana bahasa yang memperlakukan objek-objek yang mati ataupun yang bukan manusia sebagai yang hidup atau yang bersifat manusia. Contoh: Angin sepoi mengelus pipinya yang lembut.
2. Sinekdohe merupakan sejenis metafora : sebagian menyatakan keseluruhan, atau keseluruhan menyatakan sebagian. Contoh: Kerlingan matanya membuat daku terpaku.
3. Metonimia, sejenis metafora suatu sifat khusus dipergunakan sebagai pengganti sesuatu obyek atau sesuatu profesi. Contoh Dia hidup dari bedil. (Bedil dipergunakan sebagai pengganti profesi militer).
Pradopo (2010:62-78) jenis-jenis bahasa kiasan:
1. Perbandingan
Perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun dan lain-lain. Contoh: Dia bagaikan pinang dibelah dua.
2. Metafora
Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd,1970:15). Contoh Bumi ini perempuan jalang
3. Perumpamaan Epos
Perumpamaan atau perbandingan epos (epic simile) ialah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yag berturut-turut.
Contoh:dalam puisi yang berjudul Di Tengah Sunyi karya Rustam Effendi:
Di tengah sunyi menderu rinduku,
Seperti topan, meranggutkan dahan,
mencabutkan akar, meranggutkan kembang kalbuku.
4. Allegori
Allegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain.
5.Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berfikir dan sebagainya seperti manusia.
Contoh dalam puisi yang berjudul Anak Molek V karya Rustam Effendi:
Malas dan malu nyala pelita.
6. Metonimia
Metonimi dalam bahasa indonesia sering disebut kiasan pengganti nama.
7. Sinekdoki
Sinekdoki adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) itu sendiri (Altenberend,1970:22).
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Faizah, Hasnah. 2008. Linguistik Umum. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Lubis, A., Hamid Hasan.1991. Analisis WacanaPragmatik. Bandung: Angkasa.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Hendry Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar